tag:blogger.com,1999:blog-7042553129653790902024-03-13T03:28:47.782-07:00MAKNA DAN ARTIAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/14733137609334857940noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-704255312965379090.post-50909673892693017952011-12-19T20:46:00.000-08:002011-12-19T20:46:00.672-08:00MAKNA DAN ARTI AQIDAH<span style="color: blue;">Arti akidah secara etimologi adalah sebagai berikut. Akidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. A’taqattu kadza artinya ‘saya beritikad begini’. Maksudnya, saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan, ‘Dia mempunyai akidah yang benar’, berarti akidahnya bebas dari keraguan.</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">Adapun makna akidah secara syara adalah sebagai berikut. Yaitu, iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan kepada hari akhir, serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">Syariat terbagi menjadi dua: itiqadiyah dan amaliyah. I?tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal, seperti i’tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, juga beritikad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya i’tiqadiyah.</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">Maka, akidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Hal itu sebagaimana firman Allah SWT (yang artinya),”Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110).</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">“Dan, sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan keada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk or-or yang merugi’.” (Az-Zumar: 65).</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">“Maka, sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik).” (Az-Zumar: 2–3).</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">Ayat-ayat di atas dan yang senada, yang jumlahnya banyak, menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah, perhatian Nabi saw. yang pertama kali adalah pelurusan akidah. Dan, hal pertama yang didakwahkan para rasul kepada umatnya adalah menyembah Allah semata dan meninggalkan segala yang dituhankan selain Dia. Allah SWT berfirman,”Dan, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (An-Nahl: 36).</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">Dan, pada awal dakwahnya setiap rasul selalu mengucapkan,”Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” (Al-A’raf: 59, 65, 73, 85).</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">Pernyataan tersebut diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Saleh, Syuaib, dan seluruh rasul a.s. Selama 13 tahun di Mekah–sesudah bi’tsah–Nabi saw. mengajak manusia kepada tauhid dan pelurusan akidah, karena hal itu merupakan landasan bangunan Islam. Para dai dan para pelurus agama dalam setiap masa telah mengikuti jejak para rasul dalam berdakwah. Sehingga, mereka memulai dengan dakwah kepada tauhid dan pelurusan akidah. Setelah itu mereka mengajak kepada seluruh perintah agama yang lain.</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;">Sumber: Kitab Tauhid 1 terbitan Yayasan Al-Sofwa, terjemahan dari At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal al-’Aliy, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan.</span><br />
<span style="color: blue;"><br />
</span><br />
<span style="color: blue;"><a href="htto://artibimo.blogspot.com" target="_blank">htto://artibimo.blogspot.com</a></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14733137609334857940noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-704255312965379090.post-47881914405967030592011-12-12T01:30:00.000-08:002011-12-12T01:30:26.382-08:00ARTI MIMPI BERJUMPA RASULLULLAHMimpi Berjumpa Rasulullah saw – Habib MunzirMimpi Berjumpa Rasulullah saw<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:</b></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b><br />
</b></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>سَمُّوا بِاسْمِي، وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي، وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ، فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ</b></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>(صحيح البخاري)</b></span><br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Sabda Rasulullah saw : “Berilah nama-nama kalian dengan namaku, dan jangan memakai gelar seperti gelarku, dan barangsiapa bermimpikan aku dalam tidurnya sungguh ia telah melihat aku, maka sungguh syaitan tidak mampu menyerupai diriku, dan barangsiapa yg berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaknya ia bersiap akan tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari)<br />
<br />
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَةِ الْمُبَارَكَةِ…</b></span><br />
<br />
Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, sebelum zaman dicipta hingga zaman dicipta dan kemudian sirna, setiap generasi terlahir dan wafat kesemuanya di dalam pengaturan Sang Maha Tunggal dan Maha Abadi, samudera segenap ketentuan dan segala kejadian yang lalu dan yang akan datang berada dalam samudera kelembutan-Nya, di dalam samudera kasih sayang-Nya. Sungguh Allah subhanahu wata’ala sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayang, seandainya Dia tidak berkasih sayang dan mau menghukum hamba-Nya sebab kesalahan-kesalahan mereka, sebagaimana firman-Nya:<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ ( النحل : 61 )</b></span><br />
<br />
” Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya” ( QS. An Nahl: 61)<br />
<br />
Maka jika Allah mau menghukum manusia karena kesalahan yang mereka lakukan, maka mereka tiadalah akan tersisa lagi di muka bumi ini, namun Allah menunda setiap nafas, setiap detik, dan hari demi hari (agar kita bertobat) hingga waktu yang telah Allah tentukan, yaitu sakaratul maut. Allah bersabar menanti kita, Allah bersabar untuk menunda siksa-Nya, dan tidak mau menghukum kita, Allah siap melimpahkan kemuliaan hingga sepuluh kali lebih besar dari kebaikan yang kita perbuat, bahkan hingga 70 kali lipat. Allah subhanahu wata’ala menuliskan satu perbuatan dosa hanya dengan balasan satu dosa, namun perbuatan baik Allah akan melipatgandakan balasannya dengan 10 kali pahala hingga 700 kali lebih besar, demikian dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahkan dalam riwayat Shahih Muslim bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan balasannya 10 kali lebih besar hingga 700 kali dan lebih dengan kehendak Allah, berarti cinta kita kepada Allah dibanding dengan cinta Allah kepada kita 10 kali lebih besar cinta Allah kepada kita, bahkan 700 kali lebih besar dari cinta kita kepada Allah. Sekali kita beribadah dan berbakti kepada Allah maka sepuluh kali Allah subhanahu wata’ala berbakti kepada kita, maksudnya Allah berbakti kepada kita adalah mengganjar dan membalas dengan kebaikan, menyambut dengan kehangatan, sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab Taujih An Nabiih Limardhaati Baariih karangan guru mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam hadits qudsi:<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>ياَدَاوُد لَوْ يَعْلَمُ الْمُدْبِرُوْنَ عَنِّيْ شَوْقِي لِعَوْدَتِهِمْ ، وَمَحَبَّتِيْ فِيْ تَوْبَتِهِمْ ، وَرَغْبَتِيْ فِي إِناَبَتِهِمْ لَطاَرُوْا شَوْقًا إِلَيَّ ، يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي ، فَكَيْفَ تَكُوْنُ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ…؟</b></span><br />
<br />
“Wahai Daud : Seandainya orang-orang yg berpaling dari-Ku mengetahui kerinduan-Ku atas kembalinya mereka, dan cinta-Ku akan taubatnya mereka, dan besarnya sambutanku atas kembalinya mereka pada keridhoan Ku, niscaya mereka akan terbang karena rindunya mereka kepada-Ku. Wahai Daud, demikianlah cinta-Ku kepada orang-orang yg berpaling dari Ku (jika mereka ingin kembali), maka bagaimanakah cinta-Ku kepada orang-orang yg datang (mencintai dan menjawab cinta Allah ) kepada-Ku?”<br />
<br />
Apabila mereka yang terus berdosa dan berbuat salah memahami betapa rindunya Allah kepada mereka apabila mereka mau kembali kepada kasih sayang dan keridhaan Allah, mau kembali kepada jalan keluhuran dan meninggalkan kehinaan untuk mendekat kepada Allah, jika mereka mengetahui betapa besarnya rindu Allah kepada mereka, betapa besarnya cinta Allah kepada taubat mereka dan betapa hangatnya sambutan Allah untuk mereka yang mau kembali kepada-Nya, jika mereka mengetahui hal itu sungguh mereka akan wafat di saat itu juga untuk menuju kepada Allah karena tidak mampu menahan rindu kepada Allah, karena Allah telah merindukannya, karena Allah telah mencintainya, maka mereka akan meninggalkan segenap dosa dan tenggelam dalam taubat dan kerinduan kepada Allah. Kita tidak mengetahuinya, namun paling tidak ada sedikit kefahaman di dalam jiwa dan sanubari bahwa ada Sang Maha Abadi Yang menanti kita dengan kebahagiaan yang kekal, Yang menyiapkan cinta, rindu dan sambutan hangat-Nya untuk mereka yang mau membenahi dirinya, maka berusahalah dan Allah tidak memaksa lebih dari kemampuan kita.<br />
<br />
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah<br />
<br />
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh guru kita yang kita cintai, As Syaikh Amr Khalid tentang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan sampailah kita pada hadits agung ini:<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>سَمُّوا بِاسْمِى وَلاَ تَكْتَنُوْا بِكُنْيَتِي</b></span><br />
<br />
” Berilah nama dengan namaku dan janganlah memakai kun-yahku “<br />
<br />
Maksudnya dengan nama beliau nabi “Muhammad” shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh sebab itu jika saya dimintai untuk memberikan nama maka pasti saya beri nama “Muhammad…..”, dan ada kelanjutannya, saya tidak pernah memberi nama dengan nama yang lain, walaupun nama nabi banyak namun sungguh nama yang terbaik adalah “Muhammad” shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga banggalah kelak mereka yang ketika dipanggil kehadapan Allah membawa nama nabi “Muhammad”. Namun perintah memberikan nama dengan nama nabi bukanlah perintah wajib melainkan sunnah menggunakan nama nabi “Muhammad”, dan Rasulullah melarang untuk memakai gelar beliau. Para Ulama berbeda pendapat dalam hal kun-yah (gelar) ini, sebagian mengatakan “Abu Al Qasim” dan larangan itu hanya ketika di masa hidupnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun gelar beliau yang tidak boleh digunakan hingga akhir zaman adalah gelar “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, karena gelar ini hanya untuk nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para rasul, maka tidak boleh kita gunakan, namun gelar “Abu Al Qasim” atau yang lainnya boleh digunakan tetapi setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mengapa? karena pernah terjadi dimana seseorang di zaman Rasulullah memberi nama anaknya Qasim, maka si ayah dipanggil dengan sebutan “Abu Al Qasim” dan Rasulullah pun menoleh maka ketika itu Rasulullah melarang menggunakan gelar itu di masa hidup nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, namun di zaman sekarang tidak ada larangan. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>مَنْ رَآنِيْ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِيْ</b></span><br />
<br />
“Barangsiapa melihatku di waktu tidur maka dia benar benar telah melihatku, karena syeitan tidak dapat menyerupaiku”<br />
<br />
Sungguh syaitan tidak akan bisa menyerupai bentuk Rasulullah, betapa indahnya wajah yang tidak mampu diserupai oleh syaitan, nabi kita sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Syaitan mampu berpura-pura menjadi guru, menjadi murid dan yang lainnya namun syaitan tidak bisa menyerupai wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Banyak pertanyaan yang muncul kepada saya tentang hal ini, “Habib, saya bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi wajahnya berupa wajah habib fulan atau kiyai fulan, apakah itu mimpi Rasulullah?”, iya itu adalah mimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, selama orang yang kita lihat itu adalah wajah orang yang shalih. Namun dijelaskan oleh beberapa habaib kita di Tarim Hadramaut, bahwa tidak ada seseorang dari kaum shalihin yang diserupai wajahnya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kecuali dia adalah wali Allah subhanahu wata’ala (orang yang dicintai Allah). “Habib, ada yang mimpi Rasulullah tetapi wajahnya kok gelap dan tidak bagus bentuknya, pincang atau cacat?!”, apakah itu juga mimpi Rasulullah?, hal itu adalah cermin dari diri kurang baiknya hati kita, karena hati kita adalah cermin, jika sebuah cermin terdapat banyak noda maka hasil dari cermin itu juga banyak noda, jadi apabila kita bermimpi Rasulullah dalam keadaan cacat maka yang cacat adalah hati kita, bukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan hal itu merupakan teguran dari Allah subhanahu wata’ala untuk mengingatkan kita. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani Ar di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa orang yang bermimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan melihat wajah asli beliau, namun hal ini tergantung derajat orang tersebut, para kekasih Allah dan para shalihin, mereka akan melihat wajah asli rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam mimpinya. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa salah satu istri Rasulullah menyimpan sebuah cermin yang pernah ia gunakan, kemudian dipinjam oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bercermin dengan cermin itu, setelah cermin itu dipakai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka cermin itu menampakkan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam begitu jelas, cermin itu tidak mau lagi memunculkan atau mencerminkan wajah yang lain setelah digunakan bercermin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan jika istri Rasulullah ini rindu dengan Rasulullah setelah beliau wafat, maka ia melihat cermin itu dan ia lihatlah wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena cermin itu tidak mau lagi menampakkan wajah yang lain. Maka para tabi’in yang ingin melihat wajah Rasulullah mereka datang kepada istri Rasulullah dan melihat cermin itu sehingga mereka melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Subhanallah, sebuah cermin pun tidak bisa lagi menjadi sebagai cermin setelah melihat wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dijelaskan di dalam buku “Muhammad Insan Al Kamil” oleh Al allamah Al Musnid Al Habib Muhammad bin ‘Alawy Al Maliki tentang perbedaan wajah nabiyullah Yusuf As dengan wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana dahulu di masa nabi Yusuf para wanita memotong jari-jarinya karena indahnya wajah nabi Yusuf As, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ ( يوسف: 31 )</b></span><br />
<br />
“Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya , mereka terpesona kepada (keelokan rupanya) dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri, seraya berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia, sungguh ini adalah malaikat yang sempurna” (QS. Yusuf : 31 )<br />
<br />
Maka berkatalah As Syaikh Muhammad bin ‘Alawy Al Maliki Ar menukil salah satu riwayat sahabat bahwa Allah tidak menampakkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara keseluruhan di muka bumi, hanya 1 keindahan dari 10 bagian yang diperlihatkan, jika seandainya yang 9 bagian itu ditampakkan juga maka orang-orang akan mengiris hatinya tanpa terasa karena indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan itu kelak akan diperlihatkan di telaga Haudh. Semoga aku dan kalian memandang wajah yang indah itu, amin.<br />
<br />
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah<br />
<br />
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik Ra berkata:<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>مَا نَظَرْناَ مَنْظَرًا كاَنَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ</b></span><br />
<br />
“Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”<br />
<br />
Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang banyak sekali dan sangat mudah dan suka mendoakan orang lain, dan beliau adalah makhluk yang paling indah, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa salah seorang sahabat Ra berkata: “aku belum pernah mendengar suara yang lebih indah dari suara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga suara beliau membuat hati luluh dan ingin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala”. Dan Allah berfirman dalam Al qur’an menyifati indahnya bacaan sang nabi :<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا ، يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآَمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا ( الجن : 1-2 )</b></span><br />
<br />
“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Rabb kami” ( QS. Al Jin: 1-2)<br />
<br />
Dan Allah berfirman:<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا ( الجن : 19 )</b></span><br />
<br />
“Dan ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya” ( QS. Al Jin: 19 )<br />
<br />
Dijelaskan di dalam Shahih Muslim, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dan membaca al qur’an dan di saat itu iblis melihat pintu-pintu langit ditutup dan tidak bisa lagi ditembus oleh iblis dan syaitan, maka di saat itu iblis berkata : “apa yang telah terjadi di barat dan timur sehingga kita tidak bisa lagi menembus langit?!”, maka ketika mereka mencari di penjuru barat dan timur, mereka pun menemukan cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang berdoa dan membaca al quran al karim, dan cahaya itu membuat para jin berdesakan untuk mendengarkan bacaan itu kemudian mereka beriman. Dan dijelaskan di dalam Kitab-kitab Tafsir, tafsir Ibn Katsir dan lainnya bahwa di saat itu ada beberapa raja jin yang diperintahkan oleh iblis untuk melihat apa yang terjadi, justru mereka beriman kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Para jin itu pun berdesakan ingin mendengarkan suara indah yang keluar dari jiwa yang suci dan khusyu’ yang merindukan Allah subhanahu wata’ala, jiwa yang dipenuhi dengan getaran iman. Oleh sebab itu, ketika salah seorang sahabat Ra (dalam riawayat yang tsiqah) melihat aurat seorang wanita dengan sengaja, maka ia merasa telah berbuat dosa yang sangat besar dan ia pun menyendiri ke atas gunung dan tidak mau lagi melihat wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena dia merasa tidaklah pantas matanya melihat wajah beliau karena mata itu telah berbuat zina. Dan setelah beberapa hari Rasulullah menanyakan orang itu karena beberapa hari Rasulullah tidak melihatnya, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra mendatanginya ke gunung dan berkata kepada orang itu: “engkau dipanggil oleh Rasulullah”, orang itu menjawab: “aku tidak mau melihat wajah Rasulullah, mataku tidak lagi pantas memandang beliau karena telah berbuat dosa”, maka sayyidina Abu Bakr berkata: “ini adalah perintah Rasulullah”, maka ia pun datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketika itu Rasulullah sedang melakukan shalat maghrib, dan ketika ia mendengar bacaan Rasulullah dari kejauhan, ia pun terjatuh dan roboh karena tidak mampu mendengarkan lantunan suara indah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia diberdirikan oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dan dibimbing untuk terus masuk ke shaf shalat dan setelah selesai shalat, ketika orang-orang mulai berdiri dan keluar dari shaf shalat, ia hanya tertunduk saja, maka Rasulullah memanggilnya dan berkata :”kemarilah mendekat kepadaku”, ia mendekat hingga lututnya bersatu dengan lutut nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam namun ia tetap menundukkan kepalanya dan berkata: “wahai Rasulullah, aku tidak mau lagi melihat wajahmu karena mataku sudah banyak berbuat dosa”, maka Rasulullah berkata :”mohonlah ampunan kepada Allah”, maka ia berkata: “aku meyakini bahwa Allah Maha Pengampun, namun mata yang sudah banyak berbuat dosa ini tidak lagi pantas melihat wajahmu wahai Rasulullah”, ia masih terus menundukkkan kepalanya maka rsaulullah berkata : “angkatlah kepalamu!!”, maka ia pun mengangkat kepalanya perlahan lahan dan beradu pandang denga Rasulullah, lalu ia kembali menundukkan kepalanya dan menangis di pangkuan Rasulullah kemudian wafat dipangkuan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka para sahabat pun kaget dan iri dengan orang itu karena walaupun mereka berjihad siang dan malam namun mereka tidak sempat mendapatkan kesempatan untuk wafat dipangkuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika itu air mata Rasulullah mengalir dan jatuh di atas wajah orang itu. Hadirin hadirat, sungguh mata kita penuh dengan dosa dan kesalahan, namun Sang Maha Pengampun tidak berhenti mengampuni, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ada 7 golongan yang mendapatkan naungan Allah dimana ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah, diatara 7 kelompok itu adalah :<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>رَجُلٌ ذَكَرَ اللهُ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ</b></span><br />
<br />
” Seseorang yang ketika berdzikir (mengingat Allah) maka mengalirlah air matanya”<br />
<br />
Maka orang itu akan mendapatkan naungan Allah kelak di hari kiamat. Dan saat di surga kelak masih ada orang-orang yang belum melihat keindahan dzat Allah subhanahu wata’ala, mereka adalah orang-orang yang ketika di dunia mata mereka banyak berbuat dosa, dan malaikat tidak mau membuka tabir yang menghalangi dzat Allah dengan mereka, maka Allah berkata kepada malaikat: “mengapa kalian masih menutupkan tabir untuk mereka, mereka adalah penduduk surga yang telah kuampuni dosa-dosa mereka”, maka malaikat berkata: “wahai Allah, dahulu ketika mereka di dunia mata mereka banyak melakukan dosa, maka mereka tidak pantas memandang keindahan dzat-Mu”, maka Allah subhanahu wata’ala berfirman: “angkatlah tabir yang menghalangi-Ku dengan mereka, karena dahulu mata mereka pernah mengalirkan air mata rindu ingin berjumpa dengan-Ku”…<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا …</b></span><br />
<br />
Ucapkanlah bersama-sama<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><b>يَا الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ… مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ</b></span><br />
<br />
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah<br />
<br />
Semoga Allah subhanahu wata’ala memulikanku dan kalian dengan keluhuran, dan membimbing hari-hari kita dengan seindah-indahnya, amin. Malam ini kita akan melakukan shalat ghaib untuk Al Marhum Al Maghfurlah Al Habib Syech bin Ahmad Al Musawa dalam usianya yang sangat lanjut, beliau adalah ulama’ besar yang murid beliau mencapai ribuan habaib dan kiyai, beliau tinggal di Klender selama kurang lebih 10 tahun kemudian pindah ke Surabaya dan wafat pada hari Jum’at yang lalu pukul 10.15 Wib. Dan yang tidak dalam keadaan berwudhu maka tidak perlu berdesakan untuk berwudhu, cukup berdiri saja. Shalat ghaib ini juga untuk syarifah Nur binti Abu Bakr Al Jufri dan juga untuk orang tua kita, kerabat kita, dan sahabat kita yang telah wafat. Semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan mereka di alam barzakh. Ayah bunda kita yang masih hidup semoga dimuliakan dan dipanjangkan usianya oleh Allah subhanahu wata’ala, amin allahumma amin. Dan imam dalam shalat ghaib nanti adalah guru kita fadhilah as sayyid Al Habib Hud bin Muhammad Baqir Al Atthas, dan juga saya mohon jangan berdesakan dalam bersalaman nanti. Sebelum kita melakukan shalat ghaib, kita tutup acara kita dengan qasidah yang mengingatkan kita kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beberapa bait, setelah itu kita melakukan shalat ghaib kemudian doa penutup, tafaddhal masykura.<br />
<br />
<a href="http://artibimo.blogspot.com/" target="_blank">http://artibimo.blogspot.com</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14733137609334857940noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-704255312965379090.post-20477691039073547012011-12-08T23:34:00.000-08:002011-12-12T01:25:41.861-08:00MAKNA DAN ARTI TAFAKUR<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Rasulullah saw. pernah bersabda, “Tafakkuruu fii khalqiLlahi wa laa tafakkaruu fiiLlahi, berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang Dzat Allah.” Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas ini menurut Syaikh Nashiruddin Al-Bani dalam kitab Shahihul Jami’ish Shaghir dan Silsilahtu Ahadits Ash-Shahihah berderajat hasan.</span><br />
<br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Hadits itu berbicara tentang salah satu ciri khas manusia yang membedakanya dari makhluk yang lain, bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Dengan kemampuan itulah manusia bisa meraih berbagai kemajuan, kemanfaatan, dan kebaikan. Namun, sejarah juga mencatat bahwa tidak sedikit manusia mengalami kesesatan dan kebinasaan akibat berpikir.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Karena itu, Rasulullah saw. menghendaki kita, kaum muslimin, untuk punya budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan kita kepada kemajuan, kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah Ta’ala. Agar tujuan itu tercapai, Rasulullah saw. memberi rambu-rambu agar kita tidak salah dalam bertafakur. Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk bertafakur mengenai makhluk ciptaan Allah swt. Beliau melarang kita berpikir tentang Dzat Allah karena kita tidak akan mampu menjangkaunya, dan berpikir tentang Dzat Alllah bisa mengantarkan kita kepada kesesatan dan kebinasaan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">FADHAAILUT TAFAKKURI (KEUTAMAAN TAFAKUR)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Setidaknya ada empat keutamaan tafakur, yaitu:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">1. Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan berdzikir dalam setiap situasi dan kondisi dengan menceritakannya secara khusus dalam Al-Qur’an di surat Ali Imran ayat 190-191. Sa’id Hawa dalam Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus halaman 93 berkata, “Dari ayat ini kita memahami bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan antara dzikir dan pikir pada diri manusia. Apabila kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan seorang manusia, maka kita bisa memahami peran penting dzikir dan pikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu, para ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah senantiasa memadukan antara dzikir dan pikir di awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal, mereka mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">2. Tafakur termasuk amal yang terbaik dan bisa mengungguli ibadah. Ada atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.” Kenapa begitu? Karena, berpikir bisa memberi manfaat-manfaat yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun. Abu Darda’ seorang sahabat yang terkenal sangat abid pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, ia menjawab, “Tafakur.” Dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat, dan mengerti manfaat dari yang membahayakan. Dengan tafakur, kita bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di dalam diri kita, mengetahui tipu daya setan, dan menyadari bujuk rayu duniawi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">3. Tafakur bisa mengantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan akhirat. Ka’ab bin Malik berkata, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan akhirat, maka hendaknyalah ia memperbanyak tafakur.” Hatim menambahkan, “Dengan merenungi perumpamaan, bertambahlah ilmu pengetahuan; dengan mengingat-ingat nikmat Allah, bertambahlah kecintaan kepadaNya; dan dengan bertafakur, bertambahlah ketakwaan kepadaNya.” Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir.” (lihat Mau’idhatul Mu’minin)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">4. Tafakur adalah pangkal segala kebaikan. Ibnul Qayyim berkata, “Berpikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan yang terjadi pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini bisa menunjukkan kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya tafakur termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat sampai-sampai dikatakan, ‘Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun’. Tafakur bisa mengubah dari kelalaian menuju kesadaran, dan dari hal-hal yang dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintaiNya, dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia menuju keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan menuju bentangan ilmu pengetahuan, dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju kesembuhan ruhani dan pendekatan diri kepada Allah, dari bencana buta, tuli, dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran, dan pemahaman tentang Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan hati dan keimanan yang menentramkan.” (Miftah Daris Sa’adah: 226).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">NATAAIJUT TAFAKKURI (BUAH TAFAKUR)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">1. Kita akan mengetahui hikmah dan tujuan penciptaan semua makhluk di langit dan bumi sehingga menambah keimanan dan rasa syukur.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya. [Ar-Ruum, 8]</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">2. Kita bisa membedakan mana yang bermanfaat sehingga bersemangat untuk meraihnya, mana yang berbahaya hingga berusaha mengindarinya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ” yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir. (Al-Baqarah: 219)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">3. Kita bisa memiliki keyakinan yang kuat mengenai sesuatu, dan menghindari diri dari sikap ikut-ikutan terhadap opini yang berkembang.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">4. Kita bisa memperhatikan hak-hak diri kita untuk mendapatkan kebaikan, sehingga tidak hanya berusaha memperbaiki orang lain dan lupa pada diri sendiri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (Al-Baqarah: 44)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">5. Kita bisa memahami bahwa akhirat itu lebih utama, dan dunia hanya sarana untuk membangun kebahagiaan akhirat.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul), dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (Yusuf: 109)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dan apa saja[1130] yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka Apakah kamu tidak memahaminya? (Al-Qashash: 60). [1130] Maksudnya: hal-hal yang berhubungan dengan duniawi seperti, pangkat kekayaan keturunan dan sebagainya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">6. Kita bisa menghindari diri dari kebinasaan yang pernah menimpa orang-orang sebelum kita.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">7. Bisa menghindari diri dari siksa neraka karena bia memahami dan mengamalkan ajaran agama dan meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa, terutama syirik.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mulk: 10)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka Apakah kamu tidak memahami? (Al-Anbiyaa’ : 67)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">DHAWABITHUT TAFAKKURI (BATASAN TAFAKUR)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Imam Al-Ghazali berkata, “Ketahuilah bahwa semua yang ada di alam semesta, selain Allah, adalah ciptaan dan karya Allah Ta’ala. Setiap atom dan partikel, apapun memiliki keajaiban dan keunikan yang menunjukkan kebijaksanaan, kekuasaan, dan keagungan Allah Ta’ala. Mendata semuanya adalah sesuatu yang mustahil, karena seandainya lautan adalah tinta untuk menuliskan semua itu niscaya akan habis sebelum menuliskan sepersepuluhnya saja dari semua ciptaan dan karya-Nya.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Jadi, tafakur adalah ibadah yang bebas dan terlepas dari ikatan segala sesuatu kecuali satu ikatan saja, yaitu tafakur mengenai Dzat Allah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Saat bertafakur sebenarnya seorang muslim sedang berusaha meningkatkan ketaatan, menghentikan kemaksiatan, menghancurkan sifat-sifat destruktif dan menumbuhkembangkan sifat-sifat konstruktif yang ada dalam dirinya. Berhasil tidaknya hal itu dicapai sangat dipengaruhi banyak faktor, di antaranya:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Kedalaman ilmu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Konsentrasi pikiran</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Kondiri emosional dan rasional</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Faktor lingkungan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Tingkat pengetahuan tentang objek tafakur</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Teladan dan pergaulan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Esensi sesuatu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Faktor kebiasaan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">KENAPA KITA DILARANG TAFAKKUR MENGENAI DZAT ALLAH SWT.?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Setidaknya ada dua alasan, yaitu:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">1. Kita tidak akan sanggup menjangkau kadar keagunganNya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah swt. tidak terikat ruang dan waktu. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Bagi Tuhanmu tidak ada malam, tidak pula siang. Cahaya seluruh langit dan bumi berasal dari cahaya wajah-Nya, dan Dia-lah cahaya langit dan bumi. Pada hari kiamat, ketika Allah datang untuk memberikan keputusan bumi akan tenang oleh cahayaNya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. (Asy-syuuraa: 11)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui. (Al-An’am: 103)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Ibnu Abbas berkata, “Dzat Allah terhalang oleh tirai sifat-sifat-Nya, dan sifat-sifat-Nya terhalang oleh tirai karya-karya-Nya. Bagaimana kamu bisa membayangkan keindahan Dzat yang ditutupi dengan sifat-sifat kesempurnaan dan diselimunti oleh sifat-sifat keagungan dan kebesaran.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">2. Kita akan terjerumus dalam kesesatan dan kebinasan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Memberlakukan hukum Sang Khalik terhadap makhluk ini adalah sikap ghulluw (berlebihan). Itulah yang terjadi di kalangan kaum Rafidhah terhadap Ali r.a. Sebaliknya, memberlakukan hukum makhluk terhadap Sang Khalik ini sikap taqshir. Perbuatan ini dilakukan oleh aliran sesat musyabihhah yang mengatakan Allah memiliki wajah yang sama dengan makhluk, kaki yang sama dengan kaki makhluk, dan seterusnya. Semoga kita bisa terselamatkan dari kesesatan yang seperti ini. Amiin.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Sebar Dakwatuna, semoga yang berbuat baik dalam tulisan ini selalu dalam karunia-Nya. Amin</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Insya Allah, bila berkeyakinan pada-Nya melalui tafakur kita semua akan selalu dalam kebaikan sehingga menggapai keridhoan-Nya. Amin</span><br />
<br />
<br />
<a href="http://artibimo.blogspot.com/" target="_blank">http://artibimo.blogspot.com</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14733137609334857940noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-704255312965379090.post-2251526780490989202011-12-08T23:19:00.000-08:002011-12-12T01:26:11.172-08:00ARTI BID"AH<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Imam Ath-Thursthusi dalam Al-Hawadits wal-Bida’ berkata, “kata bid’ah berasal dari kata al-ikhtira’ yaitu sesuau yang baru diciptakan tanpa ada contoh sebelumnya”. 1) Di antara yang masuk dalam kategori ini adalah firman Allah,</span><br />
<br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">“Allah adalah Pencipta langit dan bumi.”(QS. Al-Baqarah:117).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">(Artinya, bahwa Allah menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, pent.).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Demikian pula firman-Nya,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">“Katakanlah: ‘Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (QS. Al-Ahqaf:9).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Artinya, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bukanlah seorang rasul yang pertama kepada penduduk bumi ini.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dan masuk dalam kategori bid’ah ini adalah, ”sesuatu yang diperbuat oleh hati, dikatakan lisan, dan dilakukan oleh anggota badan.”2)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Arti bid’ah seperti ini dinukil oleh Imam Abu Syamah Al-Maqdisi dalam kitabnya Al-Ba’its ‘Ala Inkar Al-Bida’ wa Al-Hawadits (hal 20) ialah sebagai berikut, “Kata bid’ah jika disebutkan secara mutlak, maka maksudnya adalah perkara baru yang tidak baik yang ada dalam agama. Dan yang seperti itu adalah kata mubtadi’ (ahlu bid’ah). Dimana kata ini tidak digunakan kecuali dalam celaan. Tetapi dari sisi akar kata, maka bid’ah dapat dikatakan untuk sesuatu yang terpuji dan yang tercela. Sebab yang dimaksud dengan bid’ah secara bahasa adalah, sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya. Karena itu, dikatakan kepada sesuatu yang sangat indah, “Dia itu bid’ah”.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Al-Jauhari dalam Shihah Al-Lughah berkata “Badi’, mubtada’ dan bid’ah, adalah hal baru dalam agama setelah agama dinyatakan sempurna.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dengan demikian maka, definisi bid’ah adalah, “Cara baru dalam agama yang disebut untuk menyerupai syari’at dengan maksud untuk melebihkan dalam beribadah kepada Allah.” 3)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Imam Syathibi dalam Al-I’thisham (I/37) juga memilih definisi bid’ah seperti itu. Dan definisi tersebut adalah yang paling komprehensif di antara beberapa definisi bid’ah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Kemudian Imam Asy-Syatibi menjelaskan definisi bid’ah tersebut dengan panjang lebar yang intinya sebagai berikut,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">“Ungkapan ‘cara baru dalam agama’ itu maksudnya, bahwa cara yang dibuat itu disandarkan oleh pembuatnya kepada agama. Tetapi sesungguhnya cara baru yang dibuat itu tidak ada dasar pedomannya dalam syari’at. Sebab dalam agama terdapat berbagai cara, diantaranya ada cara yang berdasarkan pedoman asal dalam syari’at. Maka, cara dalam agama yang termasuk dalam kategori bid’ah adalah apabila cara itu baru dan tidak ada dasarnya dalam syari’at.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Artinya, bid’ah adalah cara baru yang dibuat tanpa ada contoh dari syari’at. 4) Sebab bid’ah adalah sesuatu yang ke luar dari apa yang telah ditetapkan dalam syari’ah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Ungkapan “menyerupai syari’at” sebagai penegasan bahwa sesuatu yang diada-adakan dalam agama itu pada hakikatnya tidak ada dalam syari’at, bahkan bertentangan dengan syari’at dari beberapa sisi, seperti mengharuskan cara dan bentuk tertentu yang tidak ada dalam syari’at. Juga mengharuskan ibadah-ibadah tertentu yang dalam syari’at tidak ada ketentuannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Ungkapan “untuk melebihkan dalam beribadah kepada Allah”, adalah pelengkap makna bid’ah. Sebab demikian itulah tujuan para pelaku bid’ah. Yaitu menganjurkan untuk tekun beribadah, karena manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya seperti disebutkan dalam firman-Nya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. “ 5) Seakan-akan orang yang membuat bid’ah melihat bahwa maksud dalam membuat bid’ah adalah untuk ibadah sebagaimana dimaksudkan ayat tersebut, dan dia merasa bahwa apa yang telah ditetapkan dalam syari’at tentang undang-undang dan hukum-hukum belum mencukupi sehingga dia melebih-lebihkan dan menambah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Saya berkata,”Juga terdapat definisi lain tentang bid’ah, yaitu: Sesuatu yang diadakan dan menyalahi kebenaran yang datang dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, baik tentang ilmu, amal atau sifat, disebabkan kerancuan pemahaman atau menganggap baik kepada sesuatu dan dijadikannya sebagai agama yang kokoh dan jalan yang lurus.” 6)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dan Al-fairuz Abadi dalam Bashair Dzawi At-Tamyiz (II/231) berkata, “Bid’ah adalah hal baru dalam agama setelah agama disempurnakan.” Dan dikatakan, “Sesuatu yang diadakan setelah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat baik berupa ucapan maupun perbuatan.” Bentuk jama’nya adalah bida’. Dan dikatakan pula, bahwa bid’ah adalah bentuk ucapan atau perbuatan, yang pengucap atau pelakunya tidak mengikuti pemilik syari’at dan hujjah-hujjahnya yang berlaku serta pokok-pokoknya yang telah dikodifikasikan dengan teratur. Dan hal yang sama juga disebutkan Al-Abadi dalam Al-Qamus (halaman 906).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dengan ketetapan di atas maka Anda mengetahui kesalahan orang yang mengatakan, bahwa bid’ah adalah “suatu perbuatan yang belum ada pada tiga abad pertama dan tidak terdapat dasarnya dalam empat sumber hukum7) (Al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas).</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><a href="http://artibimo.blogspot.com/" target="_blank">http://artibimo.blogspot.com</a></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14733137609334857940noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-704255312965379090.post-67766843245092148822011-12-08T23:12:00.000-08:002011-12-12T01:26:42.367-08:00ARTI HIJAB<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">jilbab menjadi ketentuan dalam islam,dijadikan syariat untuk wanita menutup aurat. jilbab memiliki makna sebuah kepatuhan dan ketaatan akan perintah Allah SWT. di sisi lain jilbab memiliki banyak manfaat,yakni menjaga dari pandangan yang melecehkan. dan agar kita lebih dikenali sebagai serang wanita muslimah.banyak orang berpikir jilbab adalah kebudayaan orang arab,padahal jilbab adalah syariat yang tertera dalam Alqur'an.</span><br />
<br />
<a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">1. Hijab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">2. Hijab Itu ‘Iffah (Kemuliaan)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">3. Hijab Itu Kesucian</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">“Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. (Q.S. Al-Ahzab: 53)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab: 32)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">4. Hijab Itu Pelindung</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Sabda beliau yang lain (yang artinya): “Siapa saja di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">5. Hijab Itu Taqwa</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya): “Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">6. Hijab Itu Iman</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya):”Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.” (Q.S. An-Nur: 31). </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">7. Hijab Itu Haya’ (Rasa Malu)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Sabda beliau yang lain (yang artinya):”Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Sabda Rasul yang lain (yang artinya): “Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">8. Hijab Itu Perasaan Cemburu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu berkata: </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">“Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Beberapa Syarat Hijab Yang Harus Terpenuhi:</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">1. Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang paling kuat. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">2. Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">3. Tebal dan tidak tipis atau trasparan. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">4. Longgar dan tidak sempit atau ketat. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">5. Tidak memakai wangi-wangian. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">8. Tidak bermaksud memamerkannya kepada orang-orang.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Jangan Berhias Terlalu Berlebihan(Tabarruj)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Bila anda memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas akan nampak bagi anda bahwa banyak di antara wanita-wanita sekarang ini yang menamakan diri sebagai wanita berjilbab, padahal pada hakekatnya mereka belum berjilbab. Mereka tidak menamakan jilbab dengan nama yang sebenarnya. Mereka menamakan Tabarruj sebagai hijab dan menamakan maksiat sebagai ketaatan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Musuh-musuh kebangkitan Islam berusaha dengan sekuat tenaga menggelincirkan wanita itu, lalu Allah menggagalkan tipu daya mereka dan meneguhkan orang-orang Mu’min di atas ketaatan kepada Tuhannya. Mereka memanfaatkan wanita itu dengan cara-cara kotor untuk memalingkannya dari jalan Tuhan dengan memproduksi jilbab dalam berbagai bentuk dan menamakannya sebagai “jalan tengah” yang dengan itu ia akan mendapatkan ridha Tuhannya -sebagaimana pengakuan mereka- dan pada saat yang sama ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan tetap menjaga kecantikannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Kami Dengar Dan Kami Taat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Seorang muslim yang jujur akan menerima perintah Tuhannya dan segera menerjemahkannya dalam amal nyata, karena cinta dan perhomatannya terhadap Islam, bangga dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada sunnah nabi-Nya dan tidak peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang berpaling dari kenyataan yang sebenarnya, serta lalai akan tempat kembali yang ia nantikan. Allah menafikan keimanan orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya:”Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (Q.S. An-Nur: 47-48)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Firman Allah yang lain (yang artinya): “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (Q.S. An-Nur: 51-52)</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.”</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">IKHTIAR CINTA</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;">ikhtiar cinta adalah ikhtiar dalam mencari cinta yang hakiki,yakni cinta Allah Swt. ikhtiar ini aku realisasikan dalam hidup dengan terus mencari makna-makna ayat-ayat Allah yang tersebar di seluruh dunia.dan tak pernah putus asa dalam meraih rahmat Allah. melalui blog ini,akan ku rekam semua curahan pikiranku sebagai jejak sejarah kehidupanku untuk kukenang di masa depanku nanti.sebagai wahana untuk muhasabah diri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><br />
</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: purple;"><a href="http://httpartibimo.blogspot.com/" target="_blank">http//artibimo.blogspot.com</a></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/14733137609334857940noreply@blogger.com0